8 Universitas Memanfaatkan AI untuk Mendorong Kesuksesan Mahasiswa
Diterbitkan: 2023-09-14Kecerdasan buatan (AI) telah ada selama beberapa dekade, namun teknologi ini telah berkembang secara dramatis sehingga mengganggu industri – termasuk sektor pendidikan – seiring dengan diadopsinya alat AI seperti ChatGPT secara global.
Penggunaan AI di pendidikan tinggi kini menjadi sebuah kenyataan, dan bahkan sebuah kebutuhan, karena AI akan mengubah cara institusi mengajar dan cara siswa belajar. Faktanya, laporan IDC menemukan bahwa 99 persen institusi pendidikan tinggi Amerika percaya bahwa AI akan menjadi kunci untuk mendorong daya saing dalam beberapa tahun ke depan.
Meskipun ada peluang besar untuk menggunakan AI guna meningkatkan efisiensi dan mendorong keberhasilan siswa, ada sisi lain dari teknologi ini. Hal ini juga menimbulkan tantangan akademis, etika, dan hukum baru yang perlu dipertimbangkan.
Jadi, bagaimana institusi tingkat ketiga menggunakan AI untuk unggul dalam persaingan dan memanfaatkannya untuk mendorong kesuksesan siswa?
Di blog ini, kita akan melihat 5 cara hebat (ditambah contoh nyata) untuk membantu Anda memahami potensi teknologi untuk:
- Menilai dan Memprediksi Keberhasilan Siswa
- Mendorong Pembelajaran yang Dipersonalisasi
- Meningkatkan Keterlibatan Siswa
- Jawab Pertanyaan Siswa
- Meningkatkan Retensi Siswa
Menilai & Memprediksi Keberhasilan Siswa
Tujuan akhir dari universitas dan perguruan tinggi adalah untuk melihat siswa lulus dengan keterampilan yang relevan sehingga membuat mereka dapat dipekerjakan. Oleh karena itu kemampuan menilai dan memprediksi keberhasilan seorang siswa sangatlah penting.
Jika seorang siswa mengalami kesulitan atau tertinggal, teknologi yang dapat membantu melakukan intervensi pada tahap awal dapat mengubah hasil bagi siswa tersebut dan juga mengurangi jumlah siswa yang tidak lulus di suatu institusi.
1) Ivy Tech Community College: Proyek Kesuksesan Siswa
Di Indiana, Ivy Tech Community College melakukan studi percontohan menggunakan AI untuk mendapatkan data dari 10.000 bagian kursus. Dengan mengidentifikasi 16.000 mahasiswa yang berisiko gagal dalam dua minggu pertama semester, perguruan tinggi menugaskan petugas penjangkau untuk menelepon setiap mahasiswa dan menawarkan dukungan.
Pada akhir semester, 3.000 siswa terselamatkan dari kegagalan – 98% siswa yang dihubungi memperoleh nilai C atau lebih baik. Melalui Project Student Success, perguruan tinggi telah membantu 34,712 mahasiswa.
“Kami mengalami penurunan persentase nilai buruk (D dan F) terbesar yang pernah dicatat perguruan tinggi dalam lima puluh tahun,” kata Lige Hensley, Chief Technology Officer, Ivy Tech. “Satu panggilan telepon itu bukanlah segalanya, namun hal itu jelas memberikan dampak yang lebih besar daripada yang pernah kita lihat.”
2) Universitas Michigan: program M-Write
Salah satu bidang pengajaran yang memakan waktu adalah menilai pekerjaan siswa dan memberikan umpan balik. Berbagai alat sedang dikembangkan di bidang ini untuk institusi, termasuk M-Write, yang diinkubasi oleh University of Michigan.
M-Write adalah teknologi yang dirancang untuk membantu fakultas menangani aktivitas menulis dalam skala besar. Ini menggunakan algoritma untuk mengidentifikasi bagian-bagian tulisan yang menjadi kendala siswa dan masalah-masalah yang dapat menyebabkan lemahnya tulisan.
Sebagai bagian dari program M-Write, dosen senior Brenda Gunderson memperkenalkan serangkaian petunjuk menulis. Hal ini ditargetkan untuk memperoleh tanggapan spesifik yang menunjukkan seberapa baik siswa memahami konsep-konsep yang dibahas di kelas.
Siswa yang berpartisipasi dalam program ini menyelesaikan tugas menulis, menyerahkannya, dan menerima tiga tugas rekannya untuk ditinjau. Sistem otomatis ini kemudian menggunakan data ini untuk membuat algoritme khusus mata pelajaran yang dapat mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan.
Mendorong Pembelajaran yang Dipersonalisasi
Salah satu hal yang paling membuat para pendidik tertarik dengan AI adalah potensinya untuk membantu mempersonalisasi pembelajaran.
Hal ini tidak hanya menawarkan cara bagi siswa untuk mendapatkan bimbingan belajar tatap muka tetapi juga memungkinkan pengajar menggunakan AI untuk membuat rencana pembelajaran dan mengidentifikasi siswa yang mungkin memerlukan bantuan tambahan berdasarkan kinerja dan interaksi mereka.
3) Universitas Walden: Julian
Pada awal tahun 2018, Universitas Walden mengincar kecerdasan buatan sebagai cara untuk meningkatkan penawarannya kepada mahasiswa dan mengungguli rekan-rekannya. Mengingat hal ini, Walden bermitra dengan Google Cloud untuk mengembangkan tutor online guna menawarkan pembelajaran yang dipersonalisasi dan dukungan siswa, yang sekarang dikenal sebagai Julian.
Steven Tom, Chief Customer Officer di organisasi induk Walden, Adtalem Global Education, mengatakan, “Saya pernah melihat tutor yang diberi koreografi dan naskah pada awal tahun itu, namun tantangan sebenarnya adalah bagaimana mendorong bimbingan belajar yang dipersonalisasi dan dinamis dalam skala besar. Saya bertanya-tanya, bagaimana kita dapat memberikan pendidikan di tempat di mana siswa memerlukan bantuan yang lebih individual? Seiring berkembangnya AI, kami mulai percaya bahwa ada peluang nyata untuk mewujudkan visi ini.”
Julian menawarkan tutor 24/7 dan memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dalam program mereka untuk memperkuat konsep dan mengidentifikasi kesenjangan pembelajaran. Teknologi ini memungkinkan siswa untuk melihat serangkaian aktivitas baru setiap kali mereka berinteraksi dengan alat tersebut dan membuat catatan yang dapat direferensikan sepanjang program.
Seiring berjalannya waktu dan teknologi semakin maju, Julian hanya akan terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan pribadi siswa.
4) Akademi Khan: Khanmigo
Pendiri & CEO Khan Academy percaya bahwa AI dapat memicu "transformasi pendidikan positif terbesar yang pernah ada."
Sistem bimbingan belajar yang dipersonalisasi ini menggunakan pembelajaran adaptif untuk memberi siswa akses ke tutor pribadi yang didukung AI dan memungkinkan guru untuk mengandalkan asisten pengajar AI. Selamat datang di Khanmigo!