Psikologi Keterlibatan Media Sosial: Menguraikan Perilaku dan Motivasi Pengguna

Diterbitkan: 2023-11-07

Di zaman di mana media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan kita sehari-hari, memahami psikologi di balik keterlibatan media sosial telah menjadi hal terpenting dalam strategi pemasaran yang sukses. Ketika dunia usaha berusaha untuk menarik perhatian audiens mereka di lanskap platform media sosial yang luas dengan bantuan layanan SMO di India , AS, Inggris, atau di mana pun di seluruh dunia, dalam hal ini, selidiki seluk-beluk perilaku dan motivasi pengguna dapat memberikan keunggulan kompetitif.

Panduan terperinci hari ini akan mengungkap dunia pemicu psikologis menarik yang mendorong keterlibatan di media sosial dan bagaimana merek dapat memanfaatkan wawasan ini untuk menciptakan konten yang menarik.

Namun pertama-tama, mari kita bahas beberapa teori dan konsep psikologis yang memengaruhi strategi pemasaran media sosial.

10 Teori dan Konsep Psikologi Teratas

Berdasarkan studi pasar, lebih dari 79% pelanggan mencari kehadiran suatu merek di media sosial sebelum bekerja dengan mereka. Mari kita lihat konsep utama di balik pemasaran media sosial dan pelanggan memilih untuk bekerja dengan perusahaan mana pun setelah menyadari kehadiran media sosial mereka.

1. Hirarki Kebutuhan dan Media Sosial Maslow

Hierarki Kebutuhan Maslow, sebuah teori psikologi terkenal, mengemukakan bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri. Platform media sosial, yang merupakan komponen penting dari layanan pemasaran digital modern, dapat memenuhi berbagai tingkat kebutuhan ini. Contohnya:

  • Kebutuhan Fisiologis dan Keamanan: Media sosial memberikan rasa terhubung, aman, dan memiliki melalui komunitas dan interaksi online.
  • Kebutuhan Harga Diri: Suka, komentar, dan berbagi memenuhi kebutuhan akan pengakuan dan harga diri.
  • Aktualisasi diri: Media sosial menawarkan platform untuk mengekspresikan kreativitas, mengejar hasrat, dan menunjukkan pencapaian.

Memahami letak kebutuhan audiens target Anda dalam hierarki ini dapat membantu menyesuaikan strategi konten Anda agar dapat diterima secara lebih efektif.

2. Efek Zeigarnik dan Cerita yang Tidak Lengkap

Efek Zeigarnik menunjukkan bahwa orang lebih mengingat tugas yang belum selesai atau terhenti daripada tugas yang sudah selesai. Dengan menggunakan prinsip ini, merek dapat membuat konten menarik yang meninggalkan kesenjangan rasa ingin tahu. Menggoda peluncuran produk atau acara mendatang untuk menarik minat pengguna dan membuat mereka tetap terlibat saat mereka mengantisipasi penyelesaiannya.

3. Paradoks Pilihan

Meskipun media sosial menawarkan banyak pilihan konten, paradoks pilihan menunjukkan bahwa terlalu banyak pilihan dapat menyebabkan kelelahan dalam mengambil keputusan dan mengurangi kepuasan. Merek dapat mengatasi hal ini dengan mengatur konten, menyederhanakan pilihan, dan memberikan ajakan bertindak yang jelas. Pendekatan ini mencegah pengguna merasa kewalahan dan meningkatkan keterlibatan.

Layanan optimasi mesin pencari (SEO) yang ditawarkan oleh perusahaan juga bekerja berdasarkan prinsip ini.

1. Hirarki Visual dan Ekonomi Perhatian

Dalam ekonomi perhatian media sosial, ketika pengguna dibombardir dengan informasi, hierarki visual menjadi sangat penting. Pengguna cenderung memindai konten, dan elemen seperti judul tebal, gambar menawan, dan teks singkat dapat mengarahkan perhatian mereka secara efektif. Pertimbangkan untuk menerapkan teknik seperti “pola Z” untuk mengoptimalkan tata letak konten dan memandu pengguna melalui pesan Anda.

2. Pemasaran Saraf dan Pengujian A/B

Neuromarketing melibatkan penggunaan prinsip-prinsip ilmu saraf untuk mengoptimalkan strategi pemasaran. Pengujian A/B, misalnya, dapat membantu mengidentifikasi pemicu psikologis mana yang paling sesuai dengan audiens Anda. Bereksperimenlah dengan berbagai visual, judul, dan pesan untuk memahami apa yang mendorong keterlibatan dan konversi lebih tinggi.

3. Taktik Keengganan Merugi dan Kelangkaan

Keengganan terhadap kerugian, kecenderungan untuk lebih menghindari kerugian daripada memperoleh keuntungan, dapat dimanfaatkan melalui taktik kelangkaan. Penawaran waktu terbatas akses eksklusif dan penjualan kilat memicu ketakutan pengguna akan ketinggalan, sehingga mendorong mereka untuk berinteraksi dengan konten Anda guna mendapatkan manfaat yang dirasakan. Pastikan saja taktik ini selaras dengan keaslian dan proposisi nilai merek Anda.

4. Algoritma Media Sosial dan Loop Dopamin

Algoritme media sosial dirancang untuk membuat pengguna tetap terlibat dengan menampilkan konten yang mungkin mereka nikmati dengan cara serupa seperti layanan SEO . Hal ini menciptakan lingkaran dopamin: pengguna menerima notifikasi, yang mengarah ke keterlibatan, yang memicu lebih banyak dopamin. Merek dapat menggunakan pengetahuan ini untuk mengatur waktu postingan mereka secara strategis dan memanfaatkan algoritme untuk meningkatkan visibilitas dan keterlibatan.

5. Bercerita dan Respon Otak

Otak manusia terprogram untuk merespons cerita. Saat membaca atau mendengar sebuah cerita, berbagai bagian otak menyala, termasuk bagian yang bertanggung jawab atas emosi, memori, dan empati. Memasukkan pengisahan cerita ke dalam konten media sosial Anda dapat membuat merek Anda lebih relevan dan mudah diingat, sehingga meningkatkan keterlibatan.

6. Bukti Sosial dan Konten Buatan Pengguna

Bukti sosial, kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain, merupakan pemicu psikologis yang kuat. Merek dapat memanfaatkan hal ini dengan menampilkan konten buatan pengguna. Saat pengguna melihat rekan-rekannya menikmati produk atau layanan Anda, mereka cenderung akan terlibat dan memercayai merek Anda.

7. Konsistensi Lintas Platform dan Kefasihan Kognitif

Kefasihan kognitif mengacu pada seberapa mudah otak kita memproses informasi. Konsistensi dalam branding, pesan, dan gaya konten di berbagai platform media sosial dapat meningkatkan kelancaran kognitif audiens Anda. Keakraban ini meningkatkan keterlibatan saat pengguna mengenali dan terhubung dengan merek Anda dengan mudah.

Memasukkan wawasan yang lebih mendalam ini ke dalam strategi pemasaran media sosial dan layanan pemasaran digital Anda secara keseluruhan dapat meningkatkan pemahaman Anda tentang perilaku dan motivasi pengguna. Dengan menyelaraskan konten Anda dengan pemicu psikologis, Anda akan lebih siap untuk membuat kampanye menarik yang mendorong keterlibatan yang bermakna dan membina hubungan yang langgeng dengan audiens Anda.

Strategi Pemasaran Media Sosial Paling Efektif

Sekarang kita telah melihat beberapa teori dan konsep psikologi, mari kita lihat strategi utama media sosial yang digunakan.

Kekuatan FOMO: Takut Ketinggalan

FOMO, atau “Fear of Missing Out,” adalah fenomena psikologis yang memicu rasa urgensi dan kecemasan pada individu, memaksa mereka untuk tetap terhubung dan terlibat di media sosial sebagai bagian dari strategi pemasaran digital yang inklusif . Perasaan tidak nyaman yang Anda rasakan saat Anda yakin orang lain mengalami sesuatu yang menarik tanpa Anda. Dengan membuat konten yang memanfaatkan FOMO, merek dapat memikat audiens dan mendorong mereka untuk mengambil tindakan.

Tip : Buat postingan yang menyoroti penawaran waktu terbatas, acara eksklusif, atau gambaran sekilas di balik layar untuk memicu FOMO dan mendorong keterlibatan.

Validasi Sosial dan Pengaruhnya

Kebutuhan akan validasi sosial berakar kuat pada psikologi manusia. Orang-orang mencari persetujuan dan pengakuan dari rekan-rekan mereka, dan platform media sosial menyediakan arena yang sempurna untuk mengembangkan validasi ini.

Suka, komentar, dan berbagi bertindak sebagai mata uang sosial, meningkatkan harga diri pengguna dan menumbuhkan rasa memiliki. Merek dapat memanfaatkan hal ini dengan mendorong konten buatan pengguna, mengadakan kontes, dan menampilkan testimoni pelanggan.

Tip : Buat kampanye yang mendorong pengguna untuk berbagi pengalaman mereka dengan produk/layanan Anda, memperkuat rasa validasi mereka dan mendorong keterlibatan.

Bias Kognitif: Penggerak Bawah Sadar

Bias kognitif adalah pola berpikir otomatis yang memengaruhi keputusan dan tindakan kita. Di media sosial, bias seperti bias konfirmasi (lebih memilih informasi yang menegaskan keyakinan yang ada) dan efek ikut-ikutan (mengikuti tren karena pengaruh teman sebaya) berdampak signifikan pada cara pengguna berinteraksi dengan konten. Merek dapat menyesuaikan pesan mereka agar selaras dengan bias ini guna meningkatkan resonansi.

Tip : Buat konten yang selaras dengan keyakinan audiens target Anda atau tunjukkan orang lain yang terlibat dengan merek Anda, sehingga memudahkan pengguna untuk ikut-ikutan.

Peran Dopamin dalam Suka dan Bagikan

Dopamin, sering disebut sebagai neurotransmitter “perasaan baik”, memainkan peran penting dalam sistem penghargaan kesenangan di otak dan pemasaran media sosial . Setiap notifikasi, like, share, atau komentar memicu pelepasan dopamin sehingga menimbulkan rasa puas. Merek dapat menggunakan hal ini secara strategis dengan mengoptimalkan konten untuk memicu respons dopamin dan membuat pengguna tetap terlibat.

Tip: Bereksperimenlah dengan format konten yang memicu ledakan emosi positif dengan cepat, seperti kutipan inspiratif, postingan lucu, atau anekdot yang relevan.

Resonansi Emosional: Menarik Hati sanubari

Emosi adalah kekuatan pendorong di balik perilaku manusia, dan media sosial adalah platform tempat emosi memuncak. Postingan yang membangkitkan emosi yang kuat, baik itu kegembiraan, empati, nostalgia, atau bahkan kemarahan, cenderung mendapat keterlibatan yang lebih tinggi. Dengan membuat konten yang menyentuh secara emosional, merek dapat menjalin hubungan yang lebih dalam dengan audiensnya.

Tip: Bagikan kisah autentik, konten buatan pengguna, atau visual menarik yang membangkitkan emosi selaras dengan nilai dan pesan merek Anda.

Menyatukan Semuanya: Menyusun Strategi Kemenangan

Saat Anda memulai perjalanan pemasaran dengan layanan media sosial , pertimbangkan hal-hal penting berikut untuk menciptakan strategi yang efektif:

  • Segmentasi: Pahami demografi, minat, dan kelemahan audiens Anda untuk menyesuaikan konten Anda.
  • Konsistensi: Pertahankan jadwal postingan yang konsisten agar merek Anda selalu diingat dan membangun kehadiran online yang kuat.
  • Keterlibatan: Segera tanggapi komentar, pesan, dan interaksi untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dan koneksi.
  • Variasi: Bereksperimenlah dengan berbagai format konten (video, infografis, jajak pendapat) untuk memenuhi beragam preferensi.
  • Analisis: Analisis metrik keterlibatan Anda secara rutin untuk mengidentifikasi tren dan menyempurnakan strategi Anda.

Pikiran Terakhir

Pemasaran media sosial lebih dari sekadar memposting konten; ini melibatkan pemahaman pemicu psikologis yang memengaruhi perilaku pengguna. Dengan memanfaatkan konsep psikologis dan tren media sosial, merek dapat menciptakan konten yang tidak hanya memikat tetapi juga mendorong keterlibatan yang bermakna.

Jadi, saat Anda menjelajahi layanan SMO di India atau yang disediakan di tempat lain di dunia, ingatlah bahwa pemahaman mendalam tentang psikologi manusia dapat menjadi sekutu terbesar Anda dalam dunia pemasaran digital.

Ingatlah bahwa dunia media sosial terus berubah. Oleh karena itu, pertahankan rasa ingin tahu, rangkul tren yang sedang berkembang, dan terus sempurnakan pendekatan Anda untuk mencapai hasil optimal sepanjang perjalanan Anda dalam pemasaran media sosial.